Momen Ramadan yang Tak Terlupakan: Ada Jaranan Ikut Membangunkan Sahur

Blog Challenge

comment No Comments

By Ibu Gendis Ayu

Gendisayu.com | Ramadan Blog Challenge – Setelah tinggal di Banjarmasin, momen Ramadan yang paling aku tunggu adalah saat membangunkan sahur. Bukan rahasia bahwa di Indonesia, masyarakatnya mempunyai tradisi membangunkan sahur. Biasanya ada sekelompak anak-anak hingga remaja yang keliling kampung dengan memukul kentungan sambil berteriak “sahuuuuuur…. sahur….”.

Sayangnya, semakin tahun momen membangunkan sahur ini semeriah seperti tahun 90-an hingga awal 2000-an. Apalagi saat pindah ke Banjarmasin, aku mulai merasa “sepi”.

Momen Ramadan yang Tak Terlupakan

Apa momen Ramadan yang tak terlupakan versi kamu?

Setiap orang tentu mempunyai momen Ramandan yang tak bisa dilupakan. Tak terkecuali aku.

Saat aku berusia 5-6 tahun, walaupun aku belum ikut berpuasa, kakek dan nenek akan antusias membangunkan aku sahur. Apalagi pada hari-hari tertentu, ada “pertunjukan” budaya keliling saat membangunkan sahur.

Bayangkan saja, pukul 3 pagi ada segerombolan laki-laki, anak-anak hingga dewasa, yang turun ke jalanan dengan pakaian dan perlengkapan lengkap. Mereka menggunakan baju seperti sedang akan menggelar pertunjukan jaranan. Tak hanya baju, aneka alat musik tradisional pun di arak keliling kampung.

Sahut-menyahut suara gong, gamelan, dan teriakan sahur menggema pagi itu.

Aku yang masih kecil, langsung keluar rumah dan duduk di teras untuk menunggu mereka lewat di depan rumah kakekku. Oh iya, rumah kakekku memang berada di dekat jalan raya. Ditemani kakekku, aku bersorak melihat segerombolan orang itu melintas dengan pelan-pelan.

Reog Ponorogo Juga Ikut Membangunkan Sahur

reog ponorogo
Sumber foto: https://www.goodnewsfromindonesia.id/2023/08/22/melihat-melalui-lensa-ilmiah-dasar-dasar-fisika-dalam-pertunjukan-reog-ponorogo

Tak hanya jaranan, pernah juga ada pertunjukan reog Tulungagung yang turut meramaikan momen membangunkan sahur.

Masih jelas terekam dalam ingatanku. Di mana malam itu kakekku membangunkan aku sambil berkata:

“Nduk, ayo ndang tangi. Kae enek reog arep lewat”. 

Yang artinya : nak, ayo bangun. Itu ada reog mau lewat.

Aku pun bergegas keluar rumah dan pergi ke depan jalan bersama kakekku. Ternyata benar, ada reog Tulungagung yang sedang menggelar atraksi di Jalan Raya Pucung Kidul. Suasana sepertiga malam pun menjadi sangat ramai. Pertunjukan budaya seperti ini memang langka. Biasanya hanya ada saat peringatan Kemerdekaan 17 Agustus.

Penutup

Kenangan indah masa kecil menyaksikan pertunjukan budaya keliling saat sahur akan selalu terpatri dalam memoriku. Momen-momen itu menjadi bukti kekayaan budaya Indonesia yang perlu dilestarikan.

Bagaimana dengan kamu? Apakah kamu memiliki momen Ramadan tak terlupakan yang ingin dibagikan?

Mari kita jaga dan lestarikan tradisi Ramadan yang indah ini agar generasi penerus juga dapat merasakan pengalaman yang sama.

 

Leave a comment