Pengalaman Melahirkan: Aku Tidak Mempersiapkan untuk “Hal” Ini
Gendisayu.com | Pengalaman Melahirkan – Saat paling membahagiakan sekaligus paling mendebarkan, akhirnya tiba. Bisikku pada diriku sendiri malam itu. Tentu saja, tak hanya aku, tapi juga suami dan keluarga yang ikut menunggu di rumah sakit.
Table of Contents
Toggle“Ya Allah izinkan hamba merawat dan mendidik putri hamba. Semoga kami berdua selamat tanpa kurang satu apapun”
Pengalaman Melahirkan: 7 Oktober 2022, Ketuban Rembes
Tanggal 10 Oktober adalah hari perkiraan lahir (HPL) ku. Karena tidak ada tanda-tanda akan melahirkan, jadi hari Jum’at sore ini kami memutuskan untuk pergi konsultasi.
Setalah selesai mandi, tiba-tiba terdengar suara “bruk” dari depan rumah. Aku pun bergegas keluar.
Ternyata suara tadi berasal dari mobil pick up pengangkut kabel dan alat listrik yang menabrak tiang kanopi rumahku. Aku pun langsung keluar dan teriak:
“Eh pak mau kabur kemana? Ini tiang kanopi saya ringsek”
Pengemudi pick up tersebut langsung turun dan mengecek keadaan. Aku pun langsung menelpon suamiku dan menyuruh mereka menunggu suamiku pulang untuk penyelesaian masalah.
“Sudah mas, kami nggak pengen uang ganti rugi. Kami maunya tiang kanopi kami diganti biar seperti semula aja,” tutur suamiku.
Setelah masalah tersebut selesai, kami berangkat ke tempat praktik dr. Deddy Madakusuma, Sp.OG(K) di Kampung Melayu.
“Mbak, ada rembes nggak? Ini ketubannya sisa 10 aja. Cukup, tapi kalau bisa perbanyak minum air ya,” tutur beliau
Aku pun mantap menjawab tidak. Karena memang tidak ada rembes dan keputihan selama trisemester terakhir.
“Posisi bayinya bagus, bisa lahiran normal,” lanjut beliau.
Setelah pulang dari rumah sakit, seperti biasa aku duduk di gym ball sambil ngobrol dengan suami.
“Beb, celanaku basah ya?,” tanyaku
Benar saja celanaku basah. Aku pun mengganti celanaku. Tapi… kok basah lagi.
Aku pun langsung mengambil cairan yang keluar dan konsultasi ke dr Deddy.
“Betul mbak, itu ketuban. Segera ke rumah sakit ya mba. Sepertinya rembes”
7-8 Oktober 2022, Mengelilingi 6 Rumah Sakit
Setelah sedikit berdebat dengan suami masalah bawaan rumah sakit, pukul 22.00 WITA kami pun berangkat ke Rumah Sakit Islam Banjarmasin, RS rujukan untuk persalinan.
Sampai di RS Islam Banjarmasin, bidan yang bertugas langsung melakuka pengecekan dengan lakmus.
“Benar mbak, ketubannya rembes. Saran kami, kalau kondisi ketuban rembes lebih baik operasi aja mbak. Karena kalau normal kemungkinan berhasilnya 50:50,” tutur bidan.
Aku dan suami pun sepakat untuk mengambil saran dari bidan tersebut. Sayangnya…
“Tapi mohon maaf, ruang operasi di rumah sakit kami sedang direnovasi. Jadi bisa ke RS TPT kalau dengan dr Dedddy”
Aku dan suami langsung membagi tugas. Apalagi temanku sudah datang untuk menemani aku di rumah sakit.
“Ya udah, aku pulang dulu ambil baju dan perlengkapan lainnya. Kamu sama Banon ke RS TPT, naik taksi online. Nanti kabar-kabaran ya,” ucap suamiku sebelum pulang.
Aku dan Banon langsung ke RS TPT. Setelah sampai di RS TPT, ternyata kondisinya sama. Ruang operasi sedang dalam renovasi.
“Beb, RS TPT juga lagi renov. Coba kamu mampir ke RS Bhayangkara, RS Ulin, atau RS Sari Mulia ya,” kabarku ke suami.
Sambil menunggu kabar suami, aku dan Banon memutuskan untuk menunggu di RS TPT.
Sayangnya, hingga pukul 2 pagi, kami belum menemukan RS untuk persalinan. Hehehe.
- RS Bhayangkara dokternya sedang cuti, jadi kalau perlu tindakan SC tidak bisa
- RS Ulin, hhhmmm tidak dilayani dengan baik
- RS Sari Mulia perlu naik kelas BPJS
Akhirnya, aku nekad memutuskan untuk “coba ke RS Anshari Saleh aja”.
Alhamdulillah di RS Anshari Saleh (Ansal) ruang operasinya ada dan ada dokter residen yang bertugas. Tapi ruang NICU sedang penuh.
“Bismillah aja pak. Berdoa sempga bayinya sehat. Kami akan tetap mengusakan yang terbaik jika perlu ruang NICU pak,” tutur staf RS Ansal.
8 Oktober 2022, Dua Kali Induksi
Pengalaman melahirkan yang tidak aku persiapkan adalah induksi. Apalagi setelah mendengar desas-desus bahwa induksi lebih menyakitkan dari pada pembukaan normal.
“Kita coba normal dulu ya mbak. Sayang anak pertama kalau SC,” tutur dr Regina.
Kami pun mengiyakan. Toh rencanaku memang melahirkan normal.
Bismillah
Pukul 8 pagi, dr Regina datang untuk mengecek pembukaan. Tapi ternyata masih pembukaan 1 dan jauh. Akhirnya beliau memutuskan untuk melakukan induksi pertama.
Sekitar pukul 10, air ketuban yang keluar semakin banyak. Kemudian ada dokter yang datang melakukan pengecekan: pembukaan 5 bu.
Alhamdulillah
Sejujurnya aku sudah gelisah. Karena ibu-ibu lain yang berada di ruangan melahirkan ini sudah melahirkan. Bahkan yang datang setelah aku. Aku menjadi tak sabar ingin mendengar suara tangis bayi yang keluar dari rahimku.
Pukul 2 siang, dr Regina datang untuk pengecekan pembukaan dan detak jantung janin. Tapiii….
“Masih pembukaan 3 mbak. Belum ada kemajuan dan ini masih jauh. Jam 4 kita iduksi lagi ya,” pungkas beliau.
Aku pun meng-iya-kan. Apalagi memang tidak ada rasa sakit selama proses persalinan dengan induksi ini. Malah aku makan dengan lahap.
Induksi Ke-2: Ya Allaaah Tolong Hambaaa
Jam 4 sore, dr Regina datang untuk melakukan induksi ke 2.
1 jam pertama, tidak ada efek yang berarti. Tapi menjelang pukul 5 sore. Ya Allah.
Rasanya nyawaku seperti ditarik dari pinggang hingga ujung kaki.
Begini toh rasanya kontraksi
Aku pun tak bisa melepaskan tangan suamiku. Bahkan dia tak sempat untuk makan. barang sesuap.
Ditengah rasa sakit itu, aku akhirnya bisa tidur walau sesaat. Tidur karena lelah.
Ketika aku bangun, kontraksi semakin instens. Tak sampai 1 menit reda, langsung datang kontraksi susulan. Aku kira sudah hampir brojol.
Badanku terasa terbelah dua.
Pukul 7 malam, dr Regina datang. Setelah melakukan pengecekan, beliau memanggil suamiku ke ruangan.
“Operasi beb. Nggak apa-apa ya. Aku udah tandatangan suratnya,” tutur suamiku dengan tatapan nanar.
Menunggu Anestesi yang Menyiksa
Setelah persetujuan operasi, aku begitu gelisah. Kontraksi semakin instens, bayi di dalam perutku semakin berontak ingin keluar.
Sabar ya nak. KIta berjuang sedikit lagi
Sekitar pukul 10 malam, akhirnya aku dibawa ke ruang anestesi. Dua orang petugas bersiap melaksanakan tugasnya.
“Pegang bantalnya erat-erat ya mbak. Jangan bergerak. Kalau bergerak harus diulang prosesnya,” tutur salah satu dari mereka.
Nahas, setiap proses anestesi dimulai, saat itu pula kontraksi datang. Setelah 3 kali gagal, akhirnya proses dilaksanakan dengan cepat setelah kontraksi reda.
Aku pun memeluk bantal “keras” yang diberikan dengan erat.
Tahan Put, kamu bisa!
Alhamdulilah kali ini berhasil.
Perlahan-lahan, ada cairan yang merayap di syaraf-syaraf perutku. Tak lama, perut sampai kaki ku mati rasa. Perutku rasanya seperti ada lapisan styrofoam tebal.
“Mas, kenapa ya yang sebelah kiri nggak terlalu mati rasa?” tanyaku.
“Mungkin belum mbak,” jawab petugas.
Suamiku pun datang untuk menemani. Tapi, setelah anestesi aku tak langsung dibawa ke ruang operasi. Karena masih ada pasien kritis yang sedang berjuang di ruangan tersebut.
9 Oktober 2022, Ruang Operasi yang Dingin
DJJ nya tidak stabil. Kita segera ke ruang operasi
Sekitar pukul 12 malam, akhirnya aku dibawa ke ruang operasi. Di dalam hati, aku berkali-kali berdoa;
Ya Allah semoga hamba dan anak hamba keluar dari ruang operasi ini dengan sehat selamat.
Dokter dan tenaga pendamping mulai melakukan proses operasi caesar. Tapi kok perih ya. Batinku waktu itu.
Ya! Aku bisa merasakan perihnya sayatan di perut.
PUkul 01.09, setelah didorong dan aku berteriak “Allahuakbar”, suara tangisan kecil terdengar. Saking kecilnya, aku sampai tidak yakin kalau anakku telah lahir.
“Sudah lahir dok?,” aku memastikan.
“Sudah bu,” tutur salah satu perawat.
Tak lama seorang perawat membawa Gendis yang sudah dibedong ke hadapanku yang masih melanjutkan perjuangan. Aku pun tersenyum lega melihat dia tertidur pulas dengan balutan bedong cokelat yang serasi dengan bajunya berwarna earthy, senada dengan topi yang dia gunakan.
Proses selanjutnya… lebih menyiksa.
Dijahit Hidup-hidup
Bagaimana rasanya operasi caesar?
SAKIT.
Tak seperti kata orang yang beranggapan melahirkan dengan cara operasi itu tidak menyakitkan. Ternyata operasi caesar itu sangat menyakitkan untukku.
Setelah bayi keluar, dokter melakukan proses selanjutnya: menjahit perut.
Tapiii… nahasnya saat proses ini infusku menusuk ke tulang. Dan ini rasanya sangat sakit. Apalagi saat mencari jalan infus baru, prosesnya sangat lama.
Ada yang lebih parah. Bius diperutku tidak mempan!
Aku bisa merasakan bagaimana sakitnya dijahit hidup-hidup. Sampai akhirnya aku berteriak.
“SAKIIIIIT”
Sontak seisi ruangan terdiam. Mereka menyakan kenapa aku berteriak di tengah malam saat mereka juga kelelahan.
“Sakit dok, perih banget. Mau pingsan saya. Sakit sekali. Biusnya nggak berasa.”
Dokter dan tenaga medis langsung mengambil langkah selanjutnya. Bius total.
Menggigil
Sekitar pukul 2.30 aku sudah siuman. Tidak ada satu pun orang di ruangan itu. Aku pun meminta suster yang bertugas untuk memanggil keluargaku.
Tak lama, suamiku datang.
Saat itu serangan dingin yang menusuk hingga ke tulang-tulang datang. Aku menggigil parah. Ternyata memang begitu reaksi setelah operasi caesar.
Setelah reaksi menggigilnya hilang, aku dibawa ke ruang perawatan.
Bertemu Gendis Ayu
“Selamat ya bu atas kelahiran putri pertamanya. Oh iya, tadi malam dia menjadi yang paling cantik di ruangan. Teman-temannya cowok semua yang lahir bareng dia,” tutur sang bidan.
Pagi pukul 7 pagi, seorang bidan membawa Gendis ke ruanganku. MasyaAllah senangnya luar biasa. Akhirnya bisa bertemu dengan Gendis Ayu. Bayi kecil yang tinggal di rahimku selama 40 minggu.
Selang oksigennya sudah dilepas. Saturasi oksigen yang sempat tidak stabil, pagi ini sudah stabil.
Dia begitu anteng. Jari-jaringan panjang dan lentih. Rambutnya tebal, dengan hidung minimalis seperti ibunya.
Sabaaaar. Belajar Miring dan Duduk
Pagi hari setelah Gendis diantar, aku sudah diperbolehkan untuk belajar miring. Sambil belajar menyusui.
Saat menjelag sore, perawat datang dan mengatakan bahwa aku sudah boleh belajar duduk. Pelan-pelan rasa penat di pinggang mulai muncul.
“Sabar ya, sebentar lagi kita pulang,” tutur suamiku.
Drama Air Minum dan Kateter
Drama melahirkan ternyata masih belanjut. Hehehe.
Setelah melahirkan, suster memberikan arahan untuk minum pelan-pelan agar perut tidak begah.
Ternyata diasumsikan sama suamiku kalau aku tidak boleh minum banyak. Tapi namanya ibu menyusui, ya cepat haus.
Waktu jam dokter visit, dokternya negur aku:
“Kok urinnya keruh banget mbak? Nggak banyak minum ya? Harus banyak minum mbak. Biar urinnya bagus,” tutur dokter.
Laaaah… jadinya kateter nggak bisa dilepas karena urinku cokelat keruh. Barulah setelah itu, aku mulai mencukupi kebutuhan air putih.
Keesokan harinya. Aku mulai gelisah. Korset tidak nyaman, kateter sakit, payudara bengkak, dan puting sakit.
Akhirnya aku cuma bisa nangis. Mengeluhkan kateter yang semakin sakit saat aku duduk.
Alhamdulillah setelah dokter melakukan pengecekan, pukul 8 pagi kateterku sudah dilepas. Aku pun lebih leluasa untuk jalan-jalan. Bahkan sudah beli jajan di depan kamar. Hehehe.
Penutup
Pengalaman melahirkan setiap ibu tentu berbeda. Jadi semua ibu harus siap untuk semua kondisi. Baik akan melakukan persalinan normal, melakukan induksi, atau bahkan caesar.
Bagiku, pengalaman melahirkan ini tentu sangat “lengkap”. Menjalani induksi untuk proses melahirkan normal, tapi setelah serangkaian kontrakasi akhirnya harus operasi caesar.
Cerita tentang mengASIhi akan aku tulis di artikel terpisah ya.
Share:
Gendis Ayu R.
Hallo! Selamat datang di blog gendisayu.com. Cerita gadis kecil yang suka makan strawberry, ikan, jalan-jalan, dan main hujan.
Email Kerjasama
ceritagendisayu@gmail.com
Social Media
Artikel Terbaru
Kategori
Related Posts
Jaga Kulit Cantikmu, Moms! Review Implora Essential Sheet Mask untuk Kulit Lebih Sehat
Sebagai seorang ibu, kita pasti punya banyak aktivitas yang harus dikerjakan setiap hari. Mulai dari memasak, mencuci baju, membersihkan rumah, hingga membersamai Si Kecil. Semua aktivitas itu memang menyenangkan, tetapi sering kali kita lupa memberikan perhatian ekstra pada kulit wajah kita. Padahal, merawat kulit itu penting, Moms, terutama untuk menjaga kepercayaan diri kita sehari-hari. Kali
Kulit Wajah Cerah Sehat, Confidence Full! Bersama Implora Luminous Brightening Serum
Gendisayu.com | Jurnal Kecantikan – Siapa bilang menjadi ibu penuh waktu harus mengorbankan penampilan? Justru, merawat diri adalah bentuk penghargaan untuk diri sendiri dan cara terbaik untuk tetap merasa percaya diri. Salah satu cara yang bisa kita lakukan adalah dengan memperhatikan kesehatan kulit wajah. Salah satu produk yang bisa menjadi andalan adalah serum wajah. Memilih
Berbagai Manfaat Berkebun Organik Bersama Anak & Kisah Inspiratif Maya Stolastika Boleng
Gendisayu.com | Kisah Inspiratif – Siapa bilang jadi ibu rumah tangga itu membosankan? Aku nggak menampik kalau, rutinitas sehari-hari bisa bikin kita merasa jenuh. Menyapu, mengepel, memasak, mencuci… Melakukan aktivitas yang itu-itu aja setiap hari pasti bisa bikin kita kehilangan semangat. Tapi, tahukah kalian? Ada banyak cara yang bisa kita lakukan supaya hidup kita sebagai
Koleksi Buku Ziyadbooks yang Wajib Dimiliki Anak-Anak Muslim
Gendisayu.com | Pendidikan – Membacakan buku untuk anak sejak dini memiliki banyak manfaat untuk tumbuh kembang. Selain menjadi kegiatan yang menyenangkan, membaca juga dapat merangsang otak dan meningkatkan berbagai kemampuan anak. Koleksi buku Ziyadbooks menjadi andalanku. Mengapa Membaca Buku Penting untuk Anak? Sejak masih dalam kandungan, aku suka banget membacakan buku untuk Gendis. Waktu itu
26 pemikiran pada “Pengalaman Melahirkan: Aku Tidak Mempersiapkan untuk “Hal” Ini”
Bener2 pengalaman yaaang tak terlupakan ini mbaaa…yg ada dibayangkan kita pasti lahiran yang normal aman tanpa banyak keluhan…tp ternyata sakit nya dobel2..gak bisa bayangin gmn itu sakitnya saat dijahit tp biusnya sh mulai ilang 🫣🫣
mashaallah, bener-bener jadi ibu tuh luar biasa banget yahhh..
keren banget kamu kak! induksi sekali aja rasanya udah luar biasa, ini lebih dari satu kali..
sehat selalu dirimu dan baby yahh..
Masyaallah melahirkan itu emang rasanya ya kuar biasa , alhamdulillah ya sudah melalui masa ini mba sehat selalu sama si kecil , doain juga aku bentar lagi mendekati hpl semoga bisa melalui proses melahirkan dengan selamat
Aku deg deg-an bacanya Mbak ya Allah, kuat banget Mbak Put MasyaaAllah. InsyaAllah rasa sakit melahirkan membantu menghapus dosa2 kita Mbak aamiin 🥺 sehat2 ya kalian 😘
Aku deg deg-an bacanya Mbak ya Allah, kuat banget Mbak Put MasyaaAllah. InsyaAllah rasa sakit melahirkan membantu menghapus dosa2 kita Mbak aamiin 🥺 sehat2 ya kalian 😘🥰🥰 btw blognya gendis cantik 🥳🥳
Selamat datang di dunia gendis ayu, semoga kamu kelak menjadi wanita hebat seperti mamak mu. salut banget perjuangan momy dalam bertahan cari rumah sakit, ditengah gempuran rumah sakit yang banyak, ikhtiarnya ttp keren
Selamat datang di dunia gendis ayu, semoga kamu kelak menjadi wanita hebat seperti mamak mu. salut banget perjuangan momy dalam bertahan cari rumah sakit, ditengah gempuran rumah sakit yang banyak, ikhtiarnya ttp keren.
Bdw salfok, sama mamaknya tetap on point di saat operasi mau dimulai yaa, tetap cakep
masyaallah tabarakallah, pengalaman yg gak akan dilupakan.
tiap-tiap ibu mempunyai pengalaman yg berbeda khususnya saat melahirkan.
kamu hebat mom, tetep strong .
Bdw salfok, sama mamaknya tetap on point di saat operasi mau dimulai yaa, tetap cakep.
Selamat datang di dunia gendis ayu, semoga kamu kelak menjadi wanita hebat seperti mamak mu. salut banget perjuangan momy dalam bertahan cari rumah sakit, ditengah gempuran rumah sakit yang banyak, ikhtiarnya ttp keren.
Huhu terharuuu baca ceritanya.. bener sih mau lahir dengan cara normal atau caesar rasanya tetep sakit. Belum lagi pasca lahiran yg bikin aku sempat baby blues kemaren🥲
Alhamdulillah dapat dilalui ya Mba, Gendis sudah gede. Tapi aku juga lahiran Hana ketuba pecah duluan.
MasyaAllah, baca ceritanya jadi nyebayangin perjuangannya ngelahirin Gendis. Emang bener kata orang, melahirkan itu perjuangan antara hidup dan mati ya, makanya baik-baiklah sama ibu.
Gendis sekarang udah 3 bulan berarti ya Mbak? Lagi lucu-lucunya itu. Gemesss
Hallo Gendis Junior 🙂
Masya Allah bacanya ngeri- ngeri sedap nih aku. Nikmatnya jadi perempuan disini nih…punya alat reproduksi ya melahirkan bayi cantik.
Semoga Gendis jadi anak solehah ya nak. Aamiin
aku bacanya jadi ikutan panik. mana keliling sampe 6 RS pula, yaampun. perjuangan banget yaa jadi seorang ibu. selamat hadir di bumi buat adeknya. semoga ibu dan bayinya sehat selaluuu~
Wah, ada kesamaannya, Mba… Waktu melahirkan anak pertama pun ketubannya pecah duluan. Setelah ditunggu sekitar 8 jam sama sekali nggak ada bukaan, akhirnya induksi. Kalau orang bilang induksi lebih sakit dari kontraksi melahirkan biasanya, menurutku sama aja sih, waktu anak kedua tanpa induksi kayaknya sakitnya sama aja. Apa mungkin toleransi sakitku yang rendah, ya. Soalnya waktu kuret di kehamilan pertama juga bius lokalnya di aku nggak mempan.
Baca pengalamannya bikin hati deg degan, apalagi dlu pernah operasi meskipun ringan. Duh ga bisa bayangin kalau dijahit dan kerasa bangett..aaaakk aku teriak dari awal mungkin mba..
Aku bacanya deg degan, hiks, perjuangan banget pokoknya. Dan alhamdulilah Gendis lahir dengan sehat. Waktu baby.terlihat cukup besar ya mbak. Ginuk ginuk dan gemesin.
Temenku juga ada yang cerita, kalau di ruang operasi berasa adem polll gitu,.sampe menggigil
Membaca tulisan kakak mengingatkanku dengan momen melahirkan. Rasanya sama, sakit. Ya memang saat melahirkan aku tidak merasakan sakit sama sekali, tapi setelahnya. Ya tuhaaaan. Belajar duduk dan menyusui itu juga tidak kalah sakit. Semangat deh buat bubibu di luar sana, kita hebat
Aku setiap baca pengalaman seorang ibu yang melahirkan, suka deg-deg ser. Begitu kuat dan hebatnya perjuangan seorang ibu. Adikku yg terakhir juga dilahirkan ibu secara sesar, nggak kebayang gimana sakitnya saat dijahit.
Sehat-sehat terus ya Mama Gendis.
Perjuangan seorang ibu untuk melahirkan memang begitu berat, apalagi kalau sudah rencan anormal dan harus SC. Saya mengalami kondisi ini, di mana istri harus SC karena lewat HPL. Kata yang meriksa waktu itu belum bukaan dan langsung direkom SC. Setelah konsul sam akeluarga di rumah mereka mendukung, asal semua selama. Banyak mukjizat di dalamnya. Hingga akhirnya istri tetap melahirkan normal.
MasyaAllah pengalamannya kak Put, walau agak linu bacanya, tetapi jadi wawasan luar biasa buat daku saat di fase tersebut.
Sehat-sehat selalu ya sekeluarga
Ka, Barakallahu fiikum..
Aku menitikkan air mata bahagia.
MashaAllaa~
Perjuangan seorang Ibu. Dan rasanya yang paling merinding adalah saat kudu dibius dan masuk ruang operasi padahal sudah merasakan di induksi.
Allah Maha Baik.
Semoga semuanya sehat, bahagia dan si cantik Gendis tumbuh menjadi anak shaliha.
setiap membaca mendengar cerita pengalaman melahirkan selalu haru T_T sehat sehat ya mama dan gendhis
Gendis sekarang udah besar dan tumbuh jadi anak yang sehat. Nanti kita meetup sama Hanako ya, Gendis.
jadi ingat pengalaman melahirkanku dulu. btw nggak cuma caesar yang lahiran normal juga mengalami menggigil ini setelah melahirkan. aku bahkan sekarang nggak bisa kena air dingin langsung menggigil kayak menggigil habis melahirkan itu yang benar-benar gemeteran sebadan-badan. nggak tahu kenapa bisa begitu