Cerita Ibu ASI: Menyusui Harus Percaya Diri dan Yakin
Gendisayu.com | Cerita Ibu Menyusui
Table of Contents
ToggleTernyata menyusui bayi itu tak sekadar menyodorkan payudara ke mulut bayi. Tapi ada teknik dan perjuangannya. Begitlah setidaknya yang aku lalui. Pada 40 hari pertama menyusui, rasanya nyaris frustasi. Tapi melihat Gendis tidur lelap setelah minum ASI selalu membuatku bahagia.
Sebelumnya, cerita ini bukan untuk memojokkan ibu yang memilih susu formula untuk buah hatinya.
Sempat Tergoda dengan Susu Formula
Penjualan produk susu formula untuk bayi usia 0-12 bulan diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 33 tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif, Peraturan Menteri Kesehatan No. 39 tahun 2013 tentang Susu Formula Bayi dan Produk Bayi Lainnya, serta International Code of Marketing of Breastmilk Substitutes (WHO Code).
Waktu awal hamil, aku sempat tergoda dengan produk susu formula. Bagaimana tidak, iklan produk susu formula begitu banyak di televisi dan media sosial. Belum lagi ada teman-temanku yang menjadi ambassador dari susu formula.
Tak hanya itu, pengaruh lingkungan juga mungkin membuat aku sempat ingin mencoba susu formula. Selama masa hamil aku lebih juga sering mendengar sharing tentang produk susu formula.
Hingga akhirnya, salah seorang temanku yang menjadi ambassador susu formula mengatakan:
“Ngapain kamu mau daftar ambassador susu formula? Ntar aja kalau udah 2 tahun, selesai ASI. Aku aja jadi ambassador susu formula setelah lulus ASI”
Loh iya, kok aku nyaris lupa dengan ASI ya?
Memilih ASI daripada Susu Formula
Dan para ibu, hendaklah menyusukan anak-anak mereka dua tahun penuh, (yaitu) bagi siapa yang ingin menyempurnakan penyusuan – QS. Albaqarah ayat 233
Pada akhirnya, aku semakin giat mencari tahu tentang air susu ibu (ASI). Mulai dari keunggulan ASI, bagaimana kalau ASI tidak langsung keluar setelah melahirkan, produk ASI booster, bagaimana kalau ASI seret, dan tips menyusui sampai 2 tahun.
Tanpa aku sadari, ternyata selama ini aku sudah termakan oleh marketing susu formula. Padahal ASI itu luar biasa manfaatnya.
Air susu ibu (ASI) adalah makanan yang sempurna untuk bayi. Di mana kandungan ASI akan menyesuaikan dengan kondisi bayi. Sehingga ASI selalu mengandung jumlah nutrisi yang tepat dan bagus untuk sistem tubuh bayi yang sedang berkembang.
Alhamdulillah, niatku untuk mengASIhi Gendis hingga 2 tahun berbuah manis. Di mana, saat hamil 7 bulan tiba-tiba ASI ku mulai rembes.
Aku sendiri mempunyai beberapa alasan kenapa memilih ASI dengan metode direct breastfeeding hingga sekarang Gendis berusia 15 bulan:
- Nutrisinya terjamin
- Tidak repot membeli dot
- Lebih hemat
- Mengurangi risiko alergi dan diare
Tegas Menolak Susu Formula
Beli susu formula yang kecil aja. Yang murah, biar enak bisa ditinggal.
Aku masih ingat, suatu pagi ibu mertua datang ke rumah dengan tiba-tiba. Aku masih di dalam kamar sedang menyusui Gendis. Sedangkan suamiku berada di depan TV menyantap sarapan.
Bagai disambar petir di pagi hari, aku hampir “marah”. Saat itu pula, aku merasa tak sepenuhnya mendapat dukungan beliau untuk menyusui Gendis hingga 2 tahun.
Tak hanya kala itu saja. Aku bahkan sering mendengar beliau memberikan komentar:
“Masih lapar Gendis itu Put. Makanya dari tadi menyusu terus,” tutur beliau.
Aku hanya diam dan melanjutkan menyusui Gendis.
Tapi tentu saja hal ini harus aku diskusikan dengan suami. Karena jika benar ASIku tak cukup, maka kami harus menentukan langkah apa yang harus diambil selanjutnya. Kalau “terpaksa” menggunakan susu formula, botol susu apa yang akan kami beli, susu formula apa yang akan kami gunakan.
Tapi aku menegakan di awal:
“Biarkan aku berusaha dulu. Aku yakin ASI ku cukup untuk Gendis. Kalau mama terus memaksa, tolong minta beliau untuk membeli semua susu formula setiap bulan, botol susu, dan alat steril,” tegasku.
Konsultasi dengan AIMI dan Riset
Saat itu, aku sudah melakukan konsultasi dengan bidan dan AIMI (Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia) Banjarmasin. Perihal durasi menyusui Gendis yang lama dan sering, serta Gendis yang lebih rewel dari biasanya.
Ternyata di tujuh hari hingga empat puluh hari pertama kehidupan bayi, ada yang namanya growth spurt atau lonjakan pertumbuhan. Di mana pada masa ini, bayi cenderung lebih cepat lapar dan lebih rewel. Jadi hal ini sangat normal terjadi.
Pada masa growth spurt ini, selain tubuh bayi sedang mengalami lonjakan pertumbuhan, juga merupakan fase penyesuaian kebutuhan ASI. Jadi kalau kita merasa ASI kita kurang dan memberikan susu formula, dikhawatirkan volume ASI tidak bertambah, karena kebutuhannya ditopang oleh susu formula.
Di sinilah awal mula seorang ibu menyusui harus percaya diri dan yakin bahwa “ASI ku cukup untuk anakku”.
Bagiku, kegiatan menyusui sangat menyenangkan dan romantis. Walaupun puting lecet dan berdarah.
Cerita Ibu Menyusui Tentang Puting Lecet, Bukan Sekadar Mitos
Aku sering bertanya cerita ibu menyusui pada teman-temanku yang lebih dulu menjadi ibu.
“Bener nggak sih pas awal menyusui itu sakit? Puting pasti lecet?”
Kata mereka sih “enggak juga”. Tapi ternyataaaaa
Walaupun aku sudah rajin membersihkan puting pada satu bulan terakhir menjelang persalinan dan ASI ku rembes, ternyata tak menjamin aku bebas dari drama puting lecet.
Setelah melahirkan dan kondisiku dinyatakan normal, aku dibawa ke ruang perawatan. Sedang Gendis berada di ruang bayi untuk observasi. Pagi harinya, baru kami bertemu dan pertama kali belajar menyusui.
Awalnya tidak ada hambatan yang berarti. Puting juga tidak lecet. Tapi semakin sering Gendis menyusu, bukannya semakin nyaman, tapi putingku semakin lecet. Aku pun sempat menangis.
Apalagi, di hari ke tiga di rumah sakit pasca persalinan. Payudaraku bengkak seperti batu. Gendis enggan menyusu dan lebih memilih tidur. Aku pun akhirnya memutuskan membeli pompa ASI.
Pompa ASI Bukan Solusi Mastitis
Pesanan pompa ASI yang aku beli online, akhirnya sampai. Aku pun bergegas melakukan pumping. Ternyata pumping tak seindah yang ada di video-video Instagram. Di mana ASI bisa keluar dengan banyak dan berlimpah.
Bukannya nyaman dan happy, setelah pumping aku malah semakin frustasi. Mungkin ekspektasiku terlalu tinggi, di mana payudaraku yang keras akan berisi banyak ASI.
Padahal dokter dan bidan RSUD Ansari Saleh sudah memberikan edukasi bahwa jangan kaget kalau ASI yang keluar di awal hanya sedikit. Karena kebutuhan bayi memang masih sedikit.
Ternyata Ini Alasan Kenapa Aku Mastitis
Setelah pulang ke rumah, aku baru sadar kenapa aku mengalami mastitis. Bisa jadi, saat hari terakhir di rumah sakit setelah melahirkan Gendis, aku mengalami stress.
Bagaimana tidak stress kalau kateter tidak kunjung dilepas dan membuat duduk tidak nyaman saat proses menyusui?
Setelah aku cari tau, ternyata benar. Bahwa stres dan kelelahan bisa menjadi faktor penyebab mastitis. (Sumber: Alodokter)
Buktinya saat sedang diperjalanan menuju rumah, payudaraku berangsur kempes dan tidak sakit. Padahal saat di rumah sakit, rasanya mau meledak dan keras seperti batu.
ASI Booster Terbaik
Sebagai ibu yang ingin lulus menyusui hingga 2 tahun, aku sangat berambisi untuk terus menjadi produksi ASI ku. Itu sebabnya aku juga pernah mencoba 3 produk ASI booster.
Tapi, ternyata ini ASI booster terbaik versiku:
- Perasaan yang selalu bahagia. Ketiga aku bahagia, menyusui selalu menjadi lebih mudah. Tapi ketika stres, payudaraku bisa langsung mastitis.
- Mengkonsumsi makanan sehat dan gizi seimbang. Tapi jujur saja, aku bukan orang yang suka makan sayur. Hanya saja, saat awal menyusui aku berusaha untuk selalu mengkonsumsi sayur seperti sawi, wortel, bayam, dan toge. Proteinnya pun aku rutin mengkonsumsi telur 2 butir setiap hari, ayam goreng boneless, dan sesekali makan bakso.
- Minum air putih minimal 3 liter setiap hari. Menjadi ibu ASI itu harus banyak minum air putih. Kalau tidak, bayi bisa dehidrasi. Aku pernah kurang minum karena air galon yang aku pesan belum datang. Alhasil warna urin Gendis menjadi kuning.
- Konsumsi ASI booter jika perlu. Ada tiga merk ASI booster yang pernah aku coba, yaitu Mama Bear, Mom Uung, dan Momsy ASI Booster. Ketiganya menurutku bagus.
Jadi Ibu Menyusui Itu Harus Percaya Diri dan Yakin
Tak hanya 1-2 ibu yang bercerita tentang masalah menyusui padaku. Mulai dari ASI yang tidak keluar di awal, ASI yang seret setelah menstruasi, anak yang seakan tidak kenyang setelah minum ASI, dan dorongan orang-orang terdekat untuk lekas membeli susu formula.
Hingga akhirnya aku sadar, bahwa menyusui itu harus punya rasa percaya diri dan yakin.
Seorang ibu yang menyusui harus percaya diri, percaya pada dirinya sendiri bahwa ASInya cukup untuk anaknya. Percaya bahwa ASI nya akan bertambah dengan semakin seringnya menyusui bayi.
Kalau kita sudah membangun rasa percaya diri, maka selanjutnya kita harus yakin. Yakin bahwa ASI kita lancar, ASI kita berlimpah untuk memenuhi kebutuhan si kecil, yakin bahwa kita bisa menyusui anak kita.
Walaupun ASI itu tentang rezeki anak, tapi kalau kita yakin dan berdoa semoga ASI kita dicukupkan hingga usia anak 2 tahun, bukankah tidak ada yang mustahil bagi Allah?
Cerita Menjadi Ibu ASI: Komitmen Selalu Bahagia
Sekarang Gendis berusia 15 bulan. Alhamdulillah dari proses ASI eksklusif hingga saat ini MPASI semua berjalan lancar. ASI ku hingga saat ini masih cukup untuk membersamai tumbuh kembang Gendis.
Ternyata untuk menjadi ibu ASI itu, aku harus selalu bahagia. Selain agar produksi ASI lancar, tapi juga agar si kecil yang selalu dalam dekapanku merasa tenang dan bahagia.
Cerita detail tentang mastitis dan cara merawat puting lecet, akan aku share dalam artikel terpisah.
Semoga sedikit cerita tentang ibu menyusui ini bisa memberikan manfaat. Karena sejatinya, proses mengASIhi adalah momen yang membahagiakan.
Diperlukan niat dan tekad yang kuat untuk melalui proses ini. Agar proses ini dapat menjadi momen yang kita kenang dengan indah saat anak telah dewasa.
Share:
Gendis Ayu R.
Hallo! Selamat datang di blog gendisayu.com. Cerita gadis kecil yang suka makan strawberry, ikan, jalan-jalan, dan main hujan.
Email Kerjasama
ceritagendisayu@gmail.com